

gilabalap.com – Kejuaraan balap mobil Indonesia Sentul Series of Motorsport (ISSOM) 2018 ditutup dengan balapan jalan raya bertajuk BSD Grand Prix yang berlangsung Minggu (2/12) kemarin.
Tidak jauh berbeda dengan sirkuit jalan raya populer dunia seperti Monaco, Marina Bay Singapura, ataupun Macau, lintasan street circuit BSD City juga terinspirasi dari sirkuit-sirkuit tersebut.
Namun jika dibahas lebih dalam, ada beberapa ciri khas yang menjadi karakter asli dari sirkuit jalan raya. Ciri khas ini juga bisa kita temukan di sirkuit jalan raya BSD yang memiliki panjang 3 km dengan lebar badan sirkuit 10, 5 meter.
Sirkuit jalan raya BSD punya 12 tikungan dan 2 chicane serta 2 hairpin (u turn) seperti di Monaco dan Macau. Area chicane dan hairpin ini pula yang biasanya menjadi favorit pembalap ataupun penonton yang menyaksikan langsung balapan.
Area chicane dan hairpin juga dikenal pembalap sebagai spot yang tricky karena sedikit saja salah perhitungan maka konsekuensinya bakal menghantam pembatas sirkuit dan gagal finish.
Posisi chicane biasanya dibuat setelah trek lurus yang tujuannya adalah untuk memperlambat kecepataan mobil sebagai antisipasi agar si pembalap tidak melewati batas kecepatan yang ujungnya berakibat celaka. Karena pada balapan street race, top speed terjadi menjelang chicane.
Chicane pertama di Sirkuit BSD misalnya, fungsinya adalah mereduksi kecepatan di turn 4 karena tipicalnya menyempit sehingga sangat berbahaya jika ada pembalap side by side saat keluar tikungan. Idealnya, di spot turn 4 ini harusnya melebar namun karena kondisi lebar jalan yang sudah bawaan maka sulit untuk dirombak.
Sedangkan hairpin yang biasanya disebut U Turn, didesain sedikit lebih lebar yang tujuannya memberi space kepada pembalap saat battle. Sehingga pembalap masih punya ruang untuk menghindari benturan dan tabrakan.