gilabalap.com – Pemilihan Ketua Umum PP IMI (Ikatan Motor Indonesia) periode 2015-2019 akan segera bergulir. Hingga saat ini setidaknya ada beberapa calon kuat yang menjadi kandidat Ketua Umum di otoritas tertinggi bidang otomotif tanah air tersebut.
Selain calon incumbent Nanan Soekarna, serta penantang kuat Prasetyo Edi, masuk satu tokoh wanita yang juga siap memberi warna baru di PP IMI yakni Ratih Widyawati. Ratih sebenarnya bukanlah orang baru di PP IMI, tahun 2014 lalu ia sempat menjabat sebagai Public Relations IMI dibawah kepemimpinan Nanan Soekarna. Selain itu, perempuan kelahiran Semarang 42 tahun silam ini juga merupakan salah satu pelaku otomotif wanita dalam perkembangan dunia motorsport tanah air.
Sejak SMA, ibunda dari drifter dan peslalom muda, Mico Mahaputra ini sudah terjun di cabang Rally. Berbekal pengalamannya baik sebagai pelaku dan pencinta motorsport sekaligus sebagai orang yang pernah masuk dalam struktur organisasi IMI, Ratih merasa termotivasi untuk maju menjadi kandidat Ketua Umum dan membangun PP IMI yang sesuai dengan visi dan misinya terkait pengembangan dunia otomotif tanah air.
Redaksi gilabalap.com mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Ratih Widyawati perihal pencalonan dirinya menjadi Ketua Umum PP IMI periode 2015-2019.
Berikut kutipan wawancara gilabalap.com dengan Ratih Widyawati.
Q: Apa motivasi tertinggi Anda maju dalam pemilihan Ketua IMI?
A: “Yang pasti karena saya punya pengalaman di dunia balap, dan saya melihat motorsport di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang. Yang terpenting saya ingin membuat organisasi ini diisi oleh orang-orang yang juga punya motivasi benar-benar memajukan dunia otomotif. Jadi harus ada warna baru di PP IMI.
Q: Bagaimana Anda melihat organisasi IMI saat ini?
A: “IMI ini pada awalnya adalah organisasi yang berdiri dari hobby. Kembali pada semangat awal organisasi IMI, menurut saya kita tidak boleh mengkotak-kotakkan IMI sebagai organisasi yang strukturnya mengerucut kepada sebuah instansi tertentu atau hanya untuk penggemar balap saja. Semua orang bisa masuk dalam kepengurusan IMI, baik itu profesional, politisi, tentara, anggota dewan, olahragawan, tidak menutup kemungkinan pelajar dan mahasiswa.”
Q: Apa visi misi Anda?
A: “Visi misi saya yang utama kerja keras, disiplin dan patuh terhadap target, target itu harus sampai. Selain itu saya juga ingin bekerja sama dengan sponsorship melakukan kegiatan CSR, mencari solusi untuk membuat IMI lebih besar lagi dan punya manfaat bagi masyarakat luas. Saya ingin jaringan IMI ini lebih luas, ayo kita join sama IMI untuk berbagai kegiatan misal melakukan pelatihan safety driving. Tujuannya adalah membangun komunitas otomotif dalam skala besar sehingga juga sejalan dengan membangun persatuan bangsa.”
Q: Sejauh ini apa yang sudah Anda lakukan untuk mendapat dukungan?
A: “Sejauh ini saya sudah mendatangi beberapa Pengprov, tujuan utamanya bukan meminta dukungan karena goal sebenarnya bukanlah memenangkan pemilihan tapi bagaimana kita bisa bersama-sama membuat IMI jauh lebih baik, bisa berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan harapan pencinta otomotif di Indonesia.”
Q: Pemilihan Ketua IMI menggunakan mekanisme prerogatif Ketua Pengprov, bagaimana penilaian Anda dengan mekanisme tersebut?
A: “Buat saya pemilihan ketua IMI ini tidak ada yang spesial. Harusnya disambut dengan sportifitas dan apa adanya dan tidak ada yang harus terlalu di politisir. Ya, pemilihan ini cukup unik, hanya dipilih oleh 35 Pengprov di seluruh Indonesia dan hak prerogatif ada di Ketua Pengprov jadi para kandidat ini sibuk mendekatkan diri dengan para Pengprov di seluruh Indonesia. Metodenya masing-masing, ada yang mengundang mereka untuk datang, ada yang menjemput bola, nah itu wajar dalam proses demokrasi. Namun disisi lain harus diingat oleh para kandidat dan para pengprov bahwa toh kita semua melakukan ini dengan cara-cara tepat karena kita memilih pemimpin yang harus bisa bertanggung jawab empat tahun ke depan yang harus tepat sasaran. Alangkah baiknya ketua Pengprov juga harus mengkomunikasikan kepada komunitas yang mana komunitas tersebut pasti juga punya feedback perihal pimpinan seperti apa yang mereka inginkan. Suara mereka tentunya harus didengarkan karena komunitas juga merupakan stakeholder bersama Pengprov, beserta PP IMI.”