gilabalap.com – Kecelakaan naas yang menimpa salah satu pembalap kebanggaan Indonesia Muhammad Fadli Imanudin atau yang lebih dikenal dengan M. Fadli memang sangat disayangkan. Bagaimana tidak, kecelakaan fatal tersebut justru harus terjadi setelah M. Fadli menyentuh garis finish dan menjuarai race 2 kelas 600 cc Supersport Asian Road Race Championship (ARRC) 2015 yang berlangsung di Sirkuit Sentul, Minggu (7/6), kemarin.
M. Fadli yang berniat melakukan selebrasi didepan para pencinta motorsport tanah air harus berakhir di meja operasi setelah rider asal Thailand Jakkrit Sawangsat yang juga baru menyentuh finish datang dengan kecepatan tinggi masuk ke sisi kiri luar dan menghantam kaki kiri M. Fadli.
Memang ada kejanggalan yang bisa dijadikan pelajaran dari insiden naas tersebut. Siapa yang salah?
Jika merujuk pada aspek safety FIM selaku otoritas balap motor dunia, tidak seharusnya M. Fadli memperlambat laju motor dan berselebrasi tepat di race line, apalagi ia masih berada di trek lurus garis finish. Bandingkan saja dengan balapan MotoGP. Rider juara biasanya selalu melakukan selebrasi setelah melewati 2-3 tikungan terlebih dahulu sebelum memperlambat laju motornya.
Untuk kasus M. Fadli, bisa jadi perasaan suka cita dan bahagia yang begitu menggebu-gebu usai menyentuh garis finish pertama membuat M. Fadli lupa kalau posisinya masih berada pada area yang tidak safety. Atau mungkin saja tribun penonton Sentul yang hanya ada di trek finish mengharuskan M. Fadli melakukan selebrasi di tempat kecelakaan terjadi.
Ya, berdasarkan buku pasal regulasi FIM perihal selebrasi, memang tidak ada aturan baku soal aksi selebrasi, baik memperlambat motor, ataupun berhenti. Namun di pasal 1.21 tentang behavior about race jelas ditegaskan semua pembalap wajib memperhatikan situasi sekitar sebelum melakukan selebrasi.
Salah satu himbauan dari buku regulasi FIM soal selebrasi terdapat pada pasal 1.21 poin 17 misalnya, disebutkan: “If the winning rider wishes to parade a flag, he must ride to the side of the racing surface to collect the flag and then rejoin the circuit when it is safe to do so.”
Di poin 17 dijelaskan bahwa rider juara yang ingin merayakan kemenangan dengan bendera diharuskan menepi untuk mengambil bendera dan masuk kembali ke lintasan saat situasi aman.
Bahkan di poin 19 juga dijelaskan, “After the chequered flag, riders riding on the track must wear a safety helmet until they stop on the pit lane.” Poin tersebut jelas menegaskan unsur safety adalah harga mati dimana semua pembalap yang masih ada di lintasan setelah chequered flag sama sekali tidak diperbolehkan mencopot helm sebelum berhenti di pit.
Yang jelas bagaimanapun juga kecelakaan M. Fadli tidak seharusnya terjadi karena Indonesia masih membutuhkan sosok pembalap bertalenta seperti dirinya. Get well soon M. Fadly. Go Indonesia. (adri/gilabalap.com)